Ketekunan yang Langka
Tulisan yang sangat bagus semoga kaum agamawan banyak yang tersinggung otaknya bukan "dengkulnya" ...
Oleh: Prof.Dr.Ir.Andi Hakim Nasoetion
SEORANG dosen kembali dari
Pagi hari ketika sarapan ia berbincang dengan kawan sekerjanya tentang perilaku ikan. Di dalam laboratorium ia diajak berdiskusi mengenai DNA oleh dosennya, dan sewaktu makan siang di sela-sela memotong-motong filet tongkol, ia berbincang tentang daerah
penangkapan tongkol di daerahKepulauan Aru. Malam harinya sewaktu tidur, ia mermimpi tentang ikan. Tidak diceritakannya apakah sebelum bermimpi mengenai ikan itu keesokan harinya ia menang undian berhadian (karena ada satu mitos jika mimpi mendapatkan ikan akan ketiban rejeki).Kemudian lagi rektornya bertanya kepadanya peristiwa apa yang palingmengagetkan yang diha-dapinya di kampus asalnya sewaktu ia kembali mengajar. Ternyata ia terkejut sekali ketika melihat warga kampus
sewaktu sedang beristirahat tidak berbincang mengenai ilmu yang harus ditekuni-nya, melainkan mengenai upaya mengokohkan iman dan bagaimana caranya berperilaku sesuai dengan iman mereka masing-masing.Tidak ada lagi yang mereka perbincangkan selain bagaimana caranya mendukung perjuangan umat yang seiman. Kalau pun ada bedah buku diantara sesama mahasiswa, maka pokok bahasan bedah buku itu menyangkut masalah yang ada di luar jangkauan, seperti misalnya diPalestina atau
Apa yang dilakukan di Jepang dan Laut Bosporus itu adalah teladan tentang ketekunan yang diungkapkan ilmuwan biologi dan calon ilmuwan matematika ketika mereka sudah bertekad memilih bidang ilmu itu sebagai perhatian pokok dalam perjalanan hidup mereka. Hasilnya adalah bahwa mereka akhirnya mendalami benar bidang ilmu genetika
atau matematika itu dan bukan hanya sekadar pengetahuan tipe-tipe sosial. Beberapa waktu lalu biologiawan IPB mendapatkan penghargaan akademik dari suatu yayasan. Untuk itu ia diberi tunjangan penelitian kira- kira 40.000 dolar AS. Orang ini dikenal sangat menekuni bidang ilmunya. Demikian pula ada seorang dosen yang mendapat hadiah penelitian dalam bidang ilmu serangga dan lingkungan. Ia juga selalu tekun bekerja dalam bidang ilmunya sendiri. Sama halnya dengan dosen Fakultas Peternakan Unsoed yang di
Ketekunan ketiganya itu tentu saja didampingi oleh kalayak akademik yang tinggi. Namun kalayak akademik yang tinggi saja belum cukup untuk membuahkan hasil penelitian yang cemerlang. Diperlukan kreativitas dan ketekunan melakukan tugas yang tinggi. Ketiga ciri ini yang seharusnya dimiliki oleh orang berbakat yang pekerjaannya
adalah menciptakan pengetahuan baru dan atau memperbaiki manfaat suatu pengetahuan.
Apakah di masyarakat akademik perguruan tinggi kita suasana ketekunan dan kesetiaan menangani tugas itu ada atau tidak ada, dapat dirangkum dari poster-poster yang ditempelkan di mana saja didalam kampus yang dapat dilekati kertas. Sayang sekali, pengumuman yang memenuhi dinding kampus bukan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kemajuan ilmu yang ditekuninya, melain-kan mengenai siraman rohani, bedah buku tentang solidaritas Palestina dan berbagai diskusi mengenai berbagai kebobrokan yang terjadi di tanah air. Tidak ada gagasan-gagasan ilmiah dalam bidang ilmu tertentu yang diperbicangkan. Tentu saja kita harus peduli mengenai pemeliharaan iman, solidaritas keimanan hingga aplikasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Namun kalau yang ditangani hanya itu saja, tidak perlu susah-susah belajar di perguruan tinggi, kecuali kalau kita hanya bermaksud mendapatkan gelar dan ijasah saja, bukan kemampuan dan keahliannya. Jika hanya itu yang kita inginkan, lebih baik mengikuti ujian persamaan B.Sc, M.Sc, Ph.D dan MBA di berbagai yayasan "gombal". Bagaimana lulusan perguruan tinggi di
Fisika Nuklir lulusan
universitas penelitian. Jawab saya dengan tegas, belum ada. Dan ketika ia menanyakan alasannya, saya katakan bahwa di kampus saat ini banyak mahasiswa termasuk juga mahasiswa pascasarjana serta dosen hanya menghadiri seminar karena harus menandatangani daftar hadir. Kalau kurang tandatangan di daftar hadir, ada kemungkinan ia tidak boleh ikut ujian atau kredit kenaikan pangkatnya tidak cukup. Kalau begitu halnya, di kampus kita orang hadir di seminar bukan karena ingin tahu lebih banyak, melainkan karena takut tidak lulus ujian atau tidak naik pangkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar