Senin, 01 September 2008

GHIBAH DAN NAMIMAH


GHIBAH DAN NAMIMAH
Oleh : Sayyid Muhammad Idrus Bin Syaikh Abubakar

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing (ghibah) sebagian yang lain, suka salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ?! maka tentulah kamu merasa jijik dengannya”

Ghibah (Menggunjing)
Dalam banyak pertemuan di majlis, sering kali yang dijadikan hidangannya adalah menggunjing umat islam padahal Allah swt melarang hal tersebut dan menyeru agar hamba-hambanya menjauhinya. Allah swt menggambarkan dan mengindentikkan ghibah dengan sesuatu yang amat kotor dan menjijikan, Allah swt berfirman :
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing (ghibah) sebagian yang lain, apa kalian suka salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ?! maka tentulah kamu merasa jijik dengannya” Q.S. Al Hujurat: 12
Nabi Muhammad saw menerangkan makna ghibah dengan sabdanya :
“Tahukah kalian apakah ghibah itu? Mereka menjawab : Allah swt dan Rasulnya yang lebih mengetahui” Beliau bersabda: “Yaitu engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang di bencinya “kemudian sahabat bertanya:” Bagaimana halnya jika yang saya katakan itu (memang) terdapat pada saudaraku?
Beliau menjawab: “Jika yang kamu katakan itu (memang) terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika tidak terdapat padanya maka engkau telah berdusta padanya” hadist diriwayatkan muslim
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka jika hal itu disebutkan, baik dalam soal jasmaninya (badannya), agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, tentang keluarganya, kerjaannya dan lain sebagainya. Caranya pun bermacam-macam diantaranya dengan mengumbar aibnya (kejelekannya), menirukan tingkah laku atau gerak gerik tertentu dari orang yang digunjingnya dengan maksud mengolok-olok, banyak orang meremehkan masalah ghibah padahal dalam pandangan Allah swt ia adalah sesuatu yang sangat keji dan kotor.


Hal itu dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw :
“Riba itu adalah tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan dari padanya sama dengan seorang laki-laki yang menggauli (bersetubuh) ibunya sendiri, dan yang paling berat adalah pengunjingan seorang laki-laki terhadap kehormatan saudaranya”
Wajib bagi yang hadir dalam majlis yang sedang ada ghibah didalamnya untuk mencegah kemungkaran dan membela saudara yang dipergunjingkan. Nabi sangat menganjurkan hal demikia, sebagaimana dalam sabdanya :
“Barang siapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah swt akan menghindarkan api neraka dari wajahnya”
Dari Amru bin Dinar bahwa ada seorang lelaki penduduk Madinah mempunyai seorang saudara perempuan di pinggiran kota Madinah. Saudara perempuannya sakit dan ia datang menjenguknya. Kemudian saudara perempuannya meninggal dunia lalu ia menguburnya. Ketika ia pulang, ia teringat sesuatu yang tertinggal didalam kuburnya maka ia meminta tolong kepada seorang temannya. Katanya : “kemudian kami bongkar kuburan itu dan kutemukan barang itu” ia berkata kepada temannya “menyingkirlah hingga kulihat bagaimana keadaan saudara perempuanku.” Kemudian ia mengangkat sesuatu yang ada di atas liang lahat itu ternyata ada api menyala didalamnya, lantas ia mengembalikannya seperti semula dan menutup kuburan itu. Setelah itu ia menemui ibunya ia berkata: “Bagaimana kehidupan saudara perempuanku sehai-harinya?” Sang ibu menjawab : “Kenapa engkau menanyakan setelah ia meninggal?” sudaranya menjawab: “Hendaklah engkau beritahu aku” ibunya berkata: “ia dulu sering menunda shalat dan aku rasa ia tidak shalat dengan wudhu. Ia suka mendatangi pintu-pintu para tetangga, lalu mendengarkan kabar mereka dan menceritakannya kepada orang lain (ghibah).

Namimah (Mengadu Domba)
Yaitu mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak salah satu faktor yang menyebabkan terputusnya ikatan, serta yang menyulut api kebencian dan permusuhan sesama manusia.
Allah swt mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firman Nya:
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela yang kemari menghambur fitnah” Q.S Al Qalam 10-11. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Hudzaifah disebutkan: “Tidak akan masuk surga Al Qattat (tukang adu domba).
Ibnu Abbas meriwayatkan :
“(Suatu hari) Rasulullah saw melewati sebuah kebun di antara kebun-kebun madinah, tiba-tiba Beiau mendengar dua orang yang sedang disiksa dalam kuburnya. Lalu Nabi bersabda: keduanya disiksa, padahal tidak karena masalah yang besar (dalam anggapan keduanya), lalu bersabda: “Benar”
(dalam sebuah riwayat disebutkan: Padahal sesungguhnya ia adalah persoalan yang besar), salah seorang di antaranya tidak meletakkan sesuatu untuk melindungi diri dari percikan kencingnya, dan seorang labi (karena) suka mengadu domba”.
Diantara bentuk namimah yang paling buruk adalah hasutan yang dilakukan seseorang terhadap seorang lelaki tentang istrinya atau sebaliknya dengan maksud untuk merusak hubungan suami istri tersebut. Demikian pula adu domba yang dilakukan sebagian karyawan kepada teman karyawannya yang lain. Misalnya dengan mengadukan ucapan-ucapan kawan tersebut kepada atasannya dengan maksud untuk memfitnah dan merugikan karyawan tersebut. Semua ini hukumnya Haram dan ia akan pertanggung jawabkan dihadapan Allah swt pada hari kiamat, seperti yang disebutkan dalam firman Allah swt:
“Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati akan diminta pertanggung jawaban” Q.S. Al Isra’: 36.
Kita memohon kepada Allah swt ampunan atas seseorang dari muslimin dan muslimat yang pernah melakukan hal-hal tersebut dan menjaga kita dari sifat-sifat tersebut, Amin.
Penulis adalah mahasiswa Habib Zen bin Smith dan sedang menempuh Pendidikan di Madinah al Munawwarah, berasal dari Balung-Jember.

Tidak ada komentar: