Kamis, 28 Agustus 2008

Anekdot


Tak Semudah yang Tampak

Seorang janda datang ke pengadilan yang dipimpin Nasrudin, dan mengatakan, "Aku ini amat miskin. Anak laki-laki saya yang masih kecil makan gula banyak sekali. Sepertinya ia sudah kecanduan. Apakah pengadilan bisa membuatnya berhenti makan gula, karena saya sendiri tidak bisa memaksakan keinginan saya ini?"
"Nyonya," ujar sang Mullah, "masalah ini tidak semudah yang Nyonya bayangkan. Kembalilah ke sini seminggu lagi, dan keputusan akan kuberikan setelah mempelajari masalahnya secara lebih teliti."
Seminggu sesudahnya, nama wanita itu kembali berada dalam daftar pemohon.
"Maaf," ujar Nasrudin ketika giliran wanita itu tiba, "perlu ada penundaan lagi untuk kasus yang pelik ini. Datanglah kembali minggu depan."
Hal yang sama terjadi lagi selama dua minggu berturut-turut. Akhirnya Nasrudin mengumumkan: "Sekarang pengadilan akan memberi keputusan. Panggil anak laki-laki itu!"
Seorang anak laki-laki dibawa ke hadapan sang Mullah.
"Hai, kamu!" teriak Nasrudin. "Mulai hari ini engkau dilarang makan gula, kecuali setengah ons per hari."
Sang janda tampak berterima kasih kepada Mullah, dan kemudian meminta Mullah mendengarkan satu lagi pertanyaannya.
"Katakan," kata Nasrudin.
"Yang Mulia, saya merasa heran, mengapa Anda tidak dari semula melarang anak itu untuk makan gula?"
"Ya," kata Nasrudin, "aku sendiri perlu meninggalkan kebiasaan itu terlebih dulu. Dan sebelumnya bagaimana aku bisa tahu bahwa itu memakan waktu yang begitu lama?"


Di Dalam Masjid

Nasrudin sedang berada di masjid, duduk khusyuk berdoa di deretan orang-orang yang alim. Tiba-tiba, salah seorang dari mereka menyeletuk: "Aku ragu, jangan-jangan, kompo r di rumah masih menyala."
Orang yang duduk di sebelahnya berkata: "Dengan berbicara begitu, doamu batal, lho. Kamu harus mulai lagi dari awal."
"Kamu juga," kata orang yang duduk di sebelah orang kedua ini.
"Alhamdulillah," kata Nasrudin keras-keras, "untung aku tidak bicara."

Tidak ada komentar: